Oleh : Haiqal Arifianto
Media adalah salah satu sarana komunikasi dan informasi publik untuk melihat fenomena sosial yang paling mudah untuk diakses. Keberadaanya menjadi kebutuhan yang primer untuk mengetahui keadaan sosial politik yang berkembang dengan cepat. Ketika media menyajikan berita seakan masyarakat mengafirmasi kebenaran yang dibuatnya.
Maka terlihatlah bahwa media mempunyai peran besar dalam pembentukan opini masyarakat. Karena masyarakat selalu melihat kebenaran di balik pemberitaan media, dan masyarakat tidak pula melihat kebenaran dari apa yang selalu diberitakan oleh media. Selain itu
masyarakat juga kurang mempunyai akses yang cukup dalam untuk melihat kebenaran berita, maka medialah yang mempunyai akses tersebut mampu memberitakan yang sebenarnya terjadi ataupun yang hanya mengada-ngada.
Melihat kesempatan ini, banyak beberapa aktor politik memanfaatkan momen ini untuk menyelaraskan kepentingan politiknya. Dalam perkembangannya sekarang ini media yang menjadi sumber informasi masyarakat tidak lagi mempunyai fungsi didik tetapi banyak fungsi lain yang dijalankan media termasuk ikut serta dalam membangun opini politik masyarakat yang memihak pada pihak yang berkepentingan.
Jika kita melihat dibalik pemberitaan yang dibuat bahkan banyak pula pemberitaan yang diinformasikan tidak sesuai dengan realitas yang ada. Parahnya media bersedia membuat berita yang tidak jelas asalnya sebagai pembohongan publik. Hal seperti inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi dalam dunia pemberitaan. Mau tidak mau kondisi tersebut nantinya akan menimbulkan disfungsi manifest maupun laten yang jelas merugikan masyarakat dan media itu sendiri.
Realita yang terjadi kini banyak media yang dikuasai oleh aktor politik yang digunakan untuk mensosialisasikan kelompok politiknya. Bukan bermaksud buruk terhadap media yang di kuasai oleh aktor dan kelompok politik. Alangkah lebih bagus ketika terdapat sosialisasi politik tanpa kepentingan, akan tetapi yang terjadi adalah pemberitaan atau informasi yang disajikan itu memihak dan menjatuhkan yang lain. Dan ini bukanlah fungsi yang diharapkan dari media sebagai pusat informasi. Seharusnya media bisa independen dalam membuat berita, karena dari berita yang ditampilkan itu pada nantinya akan membuat opini publik, jika pemberitaan yang dibuat itu tidak sesuai realitas maka terjadi adalah kebohongan publik dan menimbulkan opini publik yang sesat pula.
Penguasaan kelompok politik terhadap media yang terjadi sekarang ini di Indonesia menutupi kebenaran-kebenaran yang ada, banyak media yang selalu memberitakan kelompok politik yang menguasainya selalu dengan berita yang baik, dan memandang sebelah mata kelompok politik lain, sampai-sampai bisa membuat berita yang tidak benar.
Kemudian dari pemberitaan informasi yang dibuat oleh media inilah yang membuat masyarakat mempunyai opini terhadap kelompok politik tersebut. Masyarakat dikonstruk untuk pembuatan opini yang bahkan belum teruji kebenarannya. Masyarakat akan dengan mudahnya menerima pemberitaan tersebut yang nantinya juga akan berpengaruh pada suara dan perilaku dalam masyarakat, pemusatan kekuatan ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan dan psikologi perilaku politiknya.
Dalam analisa sosiologi politik yang berusaha merumuskan proposisi yang berlaku untuk berbagai macam masyarakat yang berbeda, jelas ketika melihat fenomena tersebut yang nantinya akan mampu mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih, selain itu politik birokrasi pada pemberitaan tersebut, dan juga terhadap pengertian konsep kekuasaan hasil dari konstruk pemberitaan informasi dari media yang dikuasai oleh kelompok kepentingan politik.
Seharusnya media mampu membuat pemberitaan yang objektif tanpa ada kepentingan didalamnya. Media harus independen dalam setiap pemberitaan yang di sajikan, mengedepankan etika pers dan berupaya sebagai garda terdepan untuk memberikan informasi yang apa adanya.